Pages
Blog dari Mahasiswa Ilmu Informasi Perpustakaan | Curahatan Mahasiswa | Materi Perpustakaan, Ilmu Perpustakaan, Teori Perpustakaan, Ilmu Sosial, Komunikasi, Masyarakat, Informasi dan Perpustakaan.
Rekomendasi
Jumat, 30 September 2011
Sedari malem Q dah ngrencanain kgiatan bwt hr ini, mlah smuanya brntakan ga karuan... Hufth,, dari awal udah brntkan... Mpe sore bgni, rncnaQ jd bnyak yg gagal,, sumpek campur sebel...
Klo udah bgini jd malez ngpa2in... Ga minat ngapa2in... T T
yg Q dpet hr ini cuma sumpek, pegel, kesel jg... Mana mreka jg ga bsa baca suasana lg... Aaaaargh...!!
Sabtu, 24 September 2011
TEKNOLOGI SEBAGAI DETERMINAN PERUBAHAN SOSIAL
A. PERSPEKTIF MATERIALITIS: PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP PERUBAHAN
1. Thorstein Veblen (1857-1929):
- Tatanan masyarakat sangat ditentukan oleh teknologi.
- Perilaku Manusia mencerminkan faktor teknologi dan ekonomi.
Contoh:
Masyarakat Pra Industri --> Masyarakat Industri
Pra Industri: 1. Masyarakat Berburu dan Meramu
2. Masyarakat Hortikultura Sederhana
3. Masyarakat Hortikultura Intensif
4. Masyarakat Agraris
5. Masyarakat Pastoralisme
Evolusi Teknologi --> kehidupan ekonomi masyarakat
Masyarakat Berburu dan Meramu
Teknologi Subsisten --> Ekonomi Familistik
--> Struktur sederhana (peran dan tanggung jwb berdasarkan
usia dan jenis kelamin)
--> Tidak ada surplus ekonomi
--> Tidak ada kepemilikan material yang melimpah ruah
2. WF. Ogburn (1886-1959):
- Penciptaan dan penemuan baru merupakan variabel yang bergerak cepat daripada variabel lainnya, sehingga dalam masyarakat bisa muncul "ketinggalan kebudayaan" dan "ketidakmampuan menyesuaikan diri" sehingga berakibat bagi kualitas hidup manusia.
Contoh:
ukuran keluarga dan doktrin agama
Bagaimana Cara Teknologi Menyebabkan Perubahan
1. Inovasi di bidang transportasi (KA) --> berpengaruh pada migrasi dari desa ke kota yang menyebabkan pemisahan jarak fisik --> pemisahan sosial dan psikologis --> perubahan dalam kehidupan keluarga
2. Kemajuan transportasi --> tingginya mobilitas sosial
3. Penemuan sistem irigasi --> terbentuknya desa-desa baru (suku Madagaskar).
4. Penemuan TV --> perilaku anti sosial.
5. Teknologi otomasi (di pabrik) mengubah pola-pola interaksi manusia --> pekerja terpisah secara sosial menurut jalur produksi yang diotomasikan.
contoh lain:
Robin dan Kilbride (1972) menemukan bahwa mikroteknologi (radio, sepeda, jam dinding, alat kontrasepsi mempengaruhi a.l:
1) Ekonomi menjadi semakin efisien, baik dilihat dari sudut produksi maupun distribusi dan terciptanya aspirasi mengenai konsumsi baru; 2) Aktivitas komunitas meningkat dalam jumlah maupun lamanya; 3) Timbulnya kadar identitas baru bagi individu.
B. DAMPAK ITC BAGI PERUBAHAN SOSIAL: KONTEKS TEORI
- Bagi Durkheimians, media komunikasi seperti telepon memperkuat solidaritas organik, sementara media penyiaran seperti radio atau televisi menghasilkan representasi kolektif yang kuat (Alexander 1988).
- Pengikut Marxis fokus pada eksploitasi media komunikasi untuk memperkuat kontrol elit terhadap politik dan produksi melalui hegemoni budaya sekaligus memperkuat pemeriksaan (Schiffer 1996, Davis, dkk., 1997).
- Weberian sendiri menghadirkan cara dimana media poin-ke-poin mengajukan rasionalisasi dengan mengurangi batasan waktu dan ruang, sementara media penyiaran menyediakan elemen status budaya yang berbeda (Collins 1979). Tradisi Weberian membangkitkan pertanyaan mengenai dampak dari teknologi internet pada birokrasi dan lembaga ekonomi.
- Pakar-pakar teori kritik mempersoalkan dampak dari perubahan teknologi pada bidang politik dan integritas masyarakat madani (Habermas 1989; Balhoun 1998). Karya Habermas dan Balhoun mengarahkan kita untuk menanyakan bagaimana internet bisa mengubah praktek politik. Teori kritik juga melontarkan pertanyaan penting tentang bagaimana internet bisa mempengaruhi seni dan media hiburan.
- Daniel Bell (1977) sebagai ahli sosiologi pertama yang menulis mengenai dampak sosial dari media komunikasi digital ini. Bell memperkirakan bahwa konsekuensi sosial besar akan berasal dari dua perkembangan terkait, yakni penemuan miniatur sirkuit elektronik dan optikal yang mampu mempercepat arus informasi melalui jaringan, serta integrasi dari proses komputer dan telekomunikasi kedalam apa yang disebut oleh Anthony Oettinger dari Harvard sebagai teknologi “kompunikasi”. Dengan mengantisipasi demokratisasi surat elekktronik dan telefaks, sekaligus penyiaran digital dari suratkabar dan majalah, Bell mengeksplorasi dilema kebijakan perubahan tersebut yang nanti muncul, yang disebut dengan “organisasi sosial dari teknologi ‘kompunikasi’ baru”, yang merupakan isu utama “bagi masyarakat pascaindustri” (1977: 38).
- Manuel Castells berpendapat bahwa dunia sedang memasuki “jaman informasi” dimana teknologi informasi digital “menyediakan dasar materi” untuk “perluasan pervasif” dari apa yang ia sebut “bentuk jejaring dari organisasi” dalam setiap keadaan struktur sosial (1996:468).
C. TEMUAN-TEMUAN TENTANG DAMPAK ITC (INTERNET)
I. DAMPAK ISOLASI SOSIAL ATAU PEMBENTUKAN MODAL SOSIAL?
a. PERTENTANGAN-PERTENTANGAN TEMUAN
- Dampak efisiensi waktu vs anti sosial
--> Internet akan sangat efisiien didalam membuat orang menjadi lebih produktif dan memperkuat mereka menghindari masalah transportasi yang tak perlu ketika menyelesaikan tugas-tugas online seperti dalam masalah perbankan, belanja, riset perpustakaan, bahkan sosialisasi online. Hasilnya (berkurangnya stres, lebih banyak waktu, kontak online baru) akan membuat individu lebih terpenuhi dan m embangun modal sosial bagi masyarakat secara keseluruhan.
- Dampak Anomi & pengikisan modal sosial vs keaktifan dalam kegiatan riil
--> Namun kajian terbaru, dua studi menyebutkan bahwa internet bisa memicu anomik dan mengikis modal sosial dengan mendukung para pengguna untuk keluar dari dunia artifisial (Kraut dkk., 1998; Nie & Erbring 2000).
--> Analisa tahun 1995 dan survei nasional 1998 oleh Pew Center for the People and the Press, yang menanyai responden tentang aktifitas “hari kemarin” menemukan penggunaan internet menjadi tak berkaitan atau secara positif berhubungan dengan interaksi sosial (Robinso dkk., 1997, 2000a).
--> Lebih jauh lagi, analisa terhadap data tahun 1997 dari Federal Survey of Public Participation in the Arts menunjukan bahwa pengguna internet (dengan pengendalian) membaca lebih banyak literatur, lebih banyak menghadapi acara seni, lebih banyak menonton film, dan menonton serta melakukan lebih banyak olahraga daripada non-pengguna (Robinson & Kestnbaum 1999).
--> Studi terbaru yang didasarkan pada data Pew Center 1998 menunjukan perubahan terkait dengan difusi internet. Dikalangan pengguna yang telah menjadi pengadopsi awal, penggunaan internet adalah berhubungan dengan penggunaan besar terhadap media cetak. Namun demikian, dikalangan pemakai baru internet, hubungan ini hilang (Robinson dkk., 2000b). Tak ada penurunan signifikan pada menonton TV yang ditemukan setelah pengendalian demografik. Secara keseluruhan, analisa tersebut menyediakan dukungan untuk penyingkiran waktu dikarenakan ekuivalensi fungsional dengan melihat pada media lain (Lihat juga Cole 2000, yang menjumpai penggunaan TV lebih rendah dikalangan pengguna internet tapi sedikit lebih tinggi untuk media lainnya).
- Dampak isolasi sosial vs penurunan stres
--> Dua studi yang telah dipublikasikan melaporkan adanya indikasi bahwa penggunaan internet telah menggantikan interaksi lainnya. Kraut dkk., (1998), yang memanfaatkan disain longitudinal langka untuk mempelajari 169 keluarga diwilayah Pittsburgh yang memiliki komputer dan koneksi internet lebih dari dua tahun, melaporkan bahwa tingkat tertinggi dari penggunaan internet adalah “terkait dengan penurunan dalam komunikasi bersama anggota keluarga lain, penurunan dalam lingkaran sosial, dan semakin meningkatnya rasa sepi dan depresi.” Para penulis mengatakan bahwa pemakai berat mengganti interaksi dengan ikatan lemah di internet untuk waktu yang dihabiskan bersama teman dekat dan keluarga.
--> Meski ketika peneliti mengikuti sampelnya, mereka menemukan bahwa, kecuali untuk stres yang meningkat, dampak psikologikal negatif berkurang dan hasil akhir yang positif muncul. Mereka menyebut perubahan meningkatkan pengalaman dan kompetensi serta lebih spekulatif, meningkatkan manfaat terbesar internet dalam periode akhir serta mengubah tanda dari jaringan eksternalitas negatif ke positif sebagaiman teman dan keluarga pengguna ber-online (Kraut dkk).
- Dampak penurunan sosialisasi vs peningkatan jaringan sosial
--> Nie & Erbring (2000) telah melakukan survei terhadap empat ribu pengguna internet online dan menanyakan bagaimana internet mengubah kehidupan mereka. Sebagian besar melaporkan tidak ada perubahan, tapi pada pemakai berat dilaporkan adanya penurunan dalam sosialisasi, pemakaian media, belanja dan aktifitas lainnya.
---> Survei terbaru (online dan off) mengungkapkan bahwa pemakai internet mempunyai tingkat kepercayaan umum lebih tinggi dan jaringan sosial lebih besar daripada non-pemakai (Uslaner 1999; Robinson dkk., 200b; Hampton & Wellman 2000; Cole 2000). Hasil dari analisa survei juga menyebutkan bahwa penggunaan internet bertindak melengkapi daripada mengganti media cetak dan sosialisasi offline.
--> Memang, studi diari waktu yang lengkap juga menemukan bahwa pengguna internet menjadi kurang aktif sebagai pengguna media atau mahluk sosial offline daripada non-pengguna, meski mereka memang kurang mengerjakan rumah tangga, kurang mengabdikan waktu untuk keluarga dan kurang tidur pula (Robinson dkk., 2000b).
- Dampak penurunan pembentukan komunitas riil vs peningkatan modal sosial
--> Wellman (2001) berpendapat bahwa internet ikut menyebabkan perubahan dari masyarakat berbasis kelompok ke masyarakat berbasis jaringan yang menguraikan masyarakat dan geografi sehingga membutuhkan pemahaman baru dan operasionalisasi dari yang sebelumnya. Sejalan dengan pengertian ini, Katz dkk., melaporkan bahwa pengguna internet mengunjungi teman lebih banyak dan berbicara dengan mereka melalui telepon lebih sering, tetapi mereka juga mengadakan perjalanan lebih banyak dan mempunyai teman lebih sedikit dilingkungan tetangga.
-->Lin (2001) menganggap komunikasi online, termasuk email, memperluas tersedianya modal sosial. Memang, banyak literatur menyebutkan bahwa internet memperkuat ikatan sosial yang didefinisikan kedalam banyak cara, kerap dengan memperkuat pola perilaku yang ada. Sebuah laporan tentang survei nasional terhadap pemakai (Howard dkk.) menyebutkan bahwa internet membuat pemakai berada dalam kontak yang lebih sering bersama keluarga dan teman, dengan email menjadi alat komunikasi utama.
--> Studi longitudinal oleh Kraut dkk menemukan bahwa penggunaan internet meningkatkan interaksi bersama anggota keluarga dan dilaporkan adanya kedekatan bersama teman, khususnya bagi penggua yang merasakan jaringan pendukung sosial yang kuat sebelum mereka mulai memakai internet.
--> Internet adalah unik diantara media karena membuat mudah orang berkomunikasi (jarak jauh) bersama orang lain pada waktu yang bersamaan seperti dalam chat room atau forum diskusi online. “Komunitas online” bentuk dan ukurannya berbeda-beda, mulai dari komunitas virtual yang menghubungkan orang yang jauh secara geografi untuk berbagi kepentingan bersama sampai pengaturan dimana mempermudah interaksi dikalangan jaringan pertemanan atau anggota keluarga hingga jaringan komunitas yang fokus pada isu-isu yang relevan dengan lingkungan tetangga secara geografi (Smith & Kollock 1999; Wellman & Gulia 1999; Preece 2000).
b. TEMUAN-TEMUAN PENDUKUNG
Dampak pembentukan komunitas baru & identitas
--> Game permainan-peran online yaitu, multi-user dungeons atau MUD (Turkle 1995) memberi kontribusi pembentukan newsgroups (Hauben & Hauben 1997). Ini merupakan komunitas online pertama dan masih menjadi situs riset popular, Melalui penelitian “Etnografi online” telah didapatkan pemahaman tentang persoalan pembentukan identitas (Paecagnella 1997) serta status. (dalam penelitian ini, para periset harus mengikuti pengguna masuk kedalam jenis komunitas online yang lebih baru yang didasarkan pada kepentingan bersama atau jaringan komunitas fisik).
--> Jumlah studi kasus komunitas online adalah banyak dan terus tumbuh. Para peserta menilai pengaturan online tersebut mempermudah (dan murah) untuk berkomunikasi dalam jarak jauh, dengan menyediakan peluang untuk ikut serta sekaligus memperkuat orang dengan kepentingan minoritas atau gaya hidup menemukan persahabatan dan bimbingan yang sebelumnya tak tersedia dalam komunitas lingkungan mereka (Etzioni & Etzioni 1997). Studi klasik Rheingold (1993) tentang komunitas online menekankan pada kapasitas jaringan online untuk menyediakan kepada anggota mereka dengan dukungan sosial. Dan periset lain telah mencatat bahwa, bila dibandingkan dengan jaringan sosial kehidupan-nyata, komunitas online lebih sering didasarkan pada kepentingan bersama dari peserta bukan karakteristik demografi bersama (Wellman & Gulia 1999).
--> Namun demikian, isu yang berhubungan dengan ras, gender dan dinamika seksual memang menembus dan membuat rumit interaksi online (misalnya meminta komunitas agar membuat norma-norma ketika berhubungan dengan bahasa intimidasi atau ofensif (Lessig 1999; Silver 2000).
Dampak interaksi online terhadap interaksi tatap muka
-->Hampton & Wellman (2000) mengungkap bahwa pengguna internet mempertahankan ikatan komunitas melalui komunikasi mediasi-komputer dan interaksi tatap muka langsung. Meski mereka mempertahankan hubungan jarak jauh daripada non-pemakai internet, mereka berkomunikasi bahkan dengan tetangganya – dan bahkan tiga kali lebih banyak daripada tetangganya. Studi terhadap komunitas yang sama mengungkapkan bahwa para penghuni banyak memanfaatkan internet untuk “aktifitas pembentukan modal-sosial” namun tingkat keterlibatan dan keterkaitan komunitas tingkat-individu itu meningkat hanya untuk penghuni yang sangat aktif (Kavanaugh & Pattrson). Studi serupa mengemukakan bahwa walau internet membantu mempertahankan kontak jarak jauh, banyak kontak email yang terjadi adalah antar orang yang juga mengadakan kontak tatap muka langsung (Koku dkk., 2001). Dengan kata lain, riset menyebutkan bahwa internet melanjutkan ikatan komunitas dengan melengkapi, bukan menggantikan, saluran interaksi lainnya.
Dampak penciptaan Modal Sosial
-->Banyak kajian percaya bahwa internet mempermudah penciptaan modal sosial dan barang publik lainnya dengan membuat arus informasi menjadi lebih efisien melalui komunitas residensial atau profesional (Lin 2001; Wellman, 2001). Namun Putnam (2000) melaporkan bahwa, setelah pengendalian demografi, pemakai internet tidaklah berbeda dengan non-pemakai dalam hal tindakan keterlibatan sipil. Namun demikian, ia mencatat bahwa adalah terlalu dini memproyeksikan hasil ini kedalam rekan pemakai internet dimasa mendatang, dan ia merasakan adanya kontribusi internet untuk modal sosial ditingkat komunitas. Putnam sangat perhatian pada perlunya memahami perbedaan kualitatif antara interaksi termediasi dan tatap muka langsung serta mengeksplorasi ketegangan antara potensi teknologi dan bahaya tidak samanya akses maupun “cyberbalkanisasi” (Putnam 200-:177); untuk operasionalisasi, lihat Van Alstyne & Brynjolfsson 1997).
-->Studi lain memperlihatkan bahwa, dibawah keadaan tertentu, penggunaan internet dapat memperkuat modal sosial. Dalam studi longitudinal terhadap penghuni Pittsburgh, Kraut dkk., menjumpai bahwa penggunaan internet terkait dengan partisipasi besar dalam aktifitas komunitas dan kepercayaan yang lebih tinggi (meski sedikit komitmen dalam komunitas mereka), dengan dampak positif lebih besar bagi peserta yang ekstrovert. Analisa terhadap responden survei online dari Amerika Serikat, Inggris Raya, Kanada, dan Australia mengemukakan bahwa penggunaan internet yang semakin meningkat cenderung mempunyai dampak positifi langsung pada modal sosial (dioperasionalisasikan sebagai partisipasi dalam jaringan dan aktifitas komunitas) serta dampak positif tak langsung (melalui modal sosial) pada partisipasi politik (Gibson dkk., 2000).
-->Ada pula pendapat bahwa internet membentuk modal sosial dengan memperkuat efektifitas serikat sukarela tingkat komunitas, namun sedikit riset yang telah mengevaluasi klaim ini. Internet juga diterangkan sebagai alat murah dan efektif untuk mengadakan gerakan sosial oposisi. Lin (2001) menjelaskan kasus organisasi Falun Gong China, yang memanfaatkan internet untuk melancarkan gerakan hirarki keagamaan yang kuat dibawah hidung rejim yang berkuasa. Baik apakah gerakan yang sama akan mengikuti atau tidak akan tergantung pada keberhasilan negara didalam memantau dan mengendalikan aktifitas tersebut.
MASYARAKAT INFORMASI: DEFINISI, PERKEMBANGAN KONSEP SERTA POSISINYA DALAM TEORI ILMU SOSIAL
DEFINISI
Masyarakat Informasi adalah sebuah konsep luas yang mulai digunakan sejak tahun 1970-an untuk merujuk pada berbagai perubahan sosial dan ekonomi yang terkait dengan meningkatnya dampak dan peran teknologi informasi. Konsep ini menonjolkan peran yang dimainkan oleh teknologi informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari tempat kerja, perjalanan dan sarana hiburan yang tersedia.
Masyarakat Informasi oleh banyak negara maju (sejak tahun 1970-an) juga diartikan sebagai suatu bentuk kehidupan yang akan dituju dan diraih (bukan terjadi dengan sendirinya). Di Jepang, negara-negara Eropa dan Amerika misalnya, masyarakat informasi dipromosikan sebagai suatu visi abad 21 yang oleh para pembuat kebijakan digunakan sebagai pedoman dalam mengembangkan sektor informasi pada perekonomian tingkat lokal, regional dan nasional. Pada tahun 1990-an, Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya mulai meluncurkan program pengembangan infrastruktur informasi modern atau apa yang disebut sebagai "information super highway". yang sebenarnya dilandasi pada visi tersebut.
PERKEMBANGAN KONSEP MASYARAKAT INFORMASI
1. MASYARAKAT PASCA INDUSTRI: DANIEL BELL
Konsep Masyarakat Informasi sebenarnya dikembangkan oleh sosiolog Amerika Daniel Bell (1974), yang berfokus pada prediksinya akan adanya "Masyarakat Pasca Industri". Bell, ketika itu melihat informasi sebagai input teknologi informasi merupakan kekuatan utama pada masa seusai Perang Dunia Kedua, sedangkan bahan-bahan mentah (sumber daya alam) merupakan kekuatan utama bagi masyarakat agraris, mesin/teknologi menjadi energi dalam masyarakat industri (yang merupakan bentuk-bentuk masyarakat sebelum masyarakat industri)
Bell mengidentifikai berbagai kecenderungan yang meninjol dalam masyarakat pasca industri, dengan fokus Amerika Serikat sebagai contoh kasusnya. Kecenderungan utama yang mengiringi proses terbentuknya masyarakat pasca industri meliputi pesatnya berbagai jenis lapangan kerja yang berhubungan dengan informasi, meningkatnya bisnis dan industri dengan produksi, transmisi dan analisis informasi, serta meningkatnya sentralitas peran para teknolog, yaitu para manajer dan profesional terdidik yang memiliki keahlian khusus dalam mengolah dan memanfaatkan informasi untuk keperluan pembuatan keputusan.
Kecenderungan terpenting adalah bergesernya sebagian besar angkatan kerja dari sektor pertanian (sektor primer) dan manufaktur (sektor sekunder ke sektor-sektor jasa (sektor tersier). Pengembangan lapangan kerja informasi, khususnya yang bersifat kerah putih ikut menopang pesatnya pertumbuhan sektor-sektor jasa tersebut. Pekerjaan informasi itu sendiri sangat beragam, mulai dari pemrograman dan pembuatan perangkat lunak komputer hingga ke pengajaran dan penelitian berbagai hal yang berkaitan. Industri-industri informasi seperti penyedia jaringan data, dan jasa-jasa komunikasi termasuk di dalamnya dan semua itu membuat pekerjaan informasi sebagai pilar perekonomian, di mana sebelumnya sektor pertanian dan manufaktur yang semula dominan. Dalam hal ini, bergesernya jenis-jenis pekerjaan dalam masyarakat informasi ini tidak harus diartikan bahwa sektor primer dan sekunder telah merosot terutama bagi erekonomian nasional dan perekonomian global. Yang perlu dicermati adalah telah terjadi berkurangnya kebutuhan ketenaga kerjaan bagi sektor-sektor tersebut, karena sebagian aspeknya telah ditopang oleh berbagai teknik manajemen komputasi dan telekomunikasi dalam meredesain setiap prosedur pelaksanaan pekerjaan dalam sektor-sektor tadi.
Kecenderungan yang kedua yang mengiringi munculnya masyarakat pasca industri adalah meningkatnya arti penting pengetahuan termasuk pengetahuan teoritis dan metodologis serta kodifikasinya yang menjelma dalam manajemen institusi-institusi sosial dan ekonomi. Dalam masyarakat pasca industri yang terpenting adalah penyusunan prediksi, perencanaan dan pengelolaan organisasi. Lebih jauh menurut Bell, kompleksitas dan besarnya skala sistem-sistem sosial dan ekonomi menuntut adanya perencanaan dan peramalan sistematik yang lebih baik yang tidak bisa lagi diperoleh dari survei dan eksperimen biasa.
Kecenderungan yang ketiga adalah bergesernya kekuasaan, di mana kalangan profesional dan kelas manajerial (para pekerja pengetahuan) kian dominan. Mereka adalah individu-individu yang memahami bagaimana bekerja dengan pengetahuan, sistem-sistem informasi, simulasi dan berbagai teknik analitis yang terkait. Posisi mereka akan semakin vital dalam proses pembuatan keputusan.
2. NETWORK SOCIETY (MASYARAKAT JARINGAN): MANUEL CASTELLS
Salah satu kontribusi terbaru untuk teori sosial modern adalah sebuah trilogi yang ditulis oleh Manuel Castells (1996, 1997, 1998) dengan judul Information Age: Economy, Society and Culture, Castell mengutarakan pandangannya tentang kemunculan masyarakat, kultur dan ekonomi yang baru dari sudut pandang revolusi teknologi informasi (televisi, komputer dsbnya).
Revolusi yang dimulai di Amerika pada tahun 1970an ini mengakibatkan restrukturisasi fundamental terhadap sistem kapitalis yang memunculkan apa yang disebut oleh Castells sebagai “kapitalisme informasional”. Yang memunculkan istilah "Masyarakat Informasi". Munculnya kapitalisme informasional dan masyarakat informasi ini didasarkan pada "informasionalisme" (sumber utama produksi terletak pada kapasitas dalam penggunaan dan pengoptimalan faktor produksi berdasarkan informasi dan pengetahuan).
Kemunculan 2 fenomena tersebut didasarkan pada “informasionalisme” yaitu sebuah mode perkembangan di mana sumber utama produktivitas terletak pada optimalisasi kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi berbasis pengetahuan dan informasi.
Dalam analisisnya, Castell memberikan pemikirannya tentang paradigma teknologi informasi dengan 5 karakteristik dasar:
- Teknologi informasi bereaksi terhadap informasi
- Karena informasi adalah bagian dari aktivitas manusia, maka teknologi ini mempunyai efek pervasif.
- Semua sistem yang menggunakan teknologi informasi didefinisikan oleh “logika jaringan”.
- Teknologi baru sangatlah fleksibel, bisa beradaptasi.
- Teknologi informasi sangatlah spesifik, dengan adanya informasi maka bisa terpadu dengan suatu sistem yang terintegrasi.
Pada tahun 1980an muncul ekonomi informasional global baru yang semakin menguntungkan dan ekonomi ini bersifat informasional karena produktivitas dan daya saing dari unit-unit dan agen-agen dalam ekonomi ini secara mendasar tergantung pada kapasitas mereka untuk menghasilkan, memproses dan mengaplikasikan pengetahuan dan informasi secara efisien.
Ekonomi ini bersifat menglobal karena mempunyai kapasitas untuk bekerja sebagai unit secara real time pada skala dunia (planetary). Dan semua ini terjadi karena adanya teknologi komunikasi dan informasi.
Fungsi-fungsi dan proses dominan pada jaman informasi semakin terorganisir dalam "jaringan" yang didefinisikan sebagai serangkaian "simpul yang terkait satu sama lain". jaringan tersebut bersifat terbuka, mampu melakukan ekspansi tanpa batas, dinamis dan mampu berinovasi tanpa merusak sistem. Dengan "jaringan" ini, telah memungkinkan kapitalisme dapat mengglobal dan terorganisir berdasarkan aliran keuangan global.
Mengiringi bangkitnya ekonomi informasional global ini muncullah bentuk organisasional baru yaitu perusahaan jaringan (network enterprise). Yang dimaksud perusahaan jaringan adalah bentuk spesifik perusahaan yang sistem sarananya dibangun dari titik temu sejumlah segmen sistem tujuan otonom. Perusahaan jaringan ini adalah perwujudan dari kultur ekonomi informasional global yang memungkinkan transformasi tanda-tanda ke komoditas.
Berseiring dengan tumbuhnya masyarakat informasional, muncul pula perkembangan kebudayaan virtual riil, yaitu satu sistem di mana realitas itu sendiri sepenuhnya tercakup dan sepenuhnya masuk ke dalam setting citra maya, di dunia fantasi, yang di dalamnya tampilan tidak hanya ada di tempat dikomunikasikannya pengalaman. Dunia memasuki era masa tanpa waktu, di mana masyarakat menjadi didominasi oleh proses daripada lokasi fisik. Dalam kaitan ini, kita memasuki era "masa tanpa waktu" yang di dalamnya (sebagai contoh, informasi segera tersedia di manapun di muka bumi ini)
MASYARAKAT INFORMASI DALAM KONSTELASI PERKEMBANGAN TEORI SOSIAL
Munculnya gagasan tentang Masyarakat Informasi (oleh Castells disebut sebagai Network Society/Masyarakat jaringan) dalam peta perkembangan Teori Sosial terletak pada peralihan dari Teori Sosial Modern ke Teori PostModern, yang disebut dengan Teori Modernitas Kontemporer
Sebelum munculnya gagasan tentang Masyarakat Informasi, terbangun teori-teori Modernitas Kontemporer lainnya: Modernitas dari Anthony Giddens, Ulrich Beck, George Ritzer, Zygmunt Bauman, Jurgen Habermas, yang semuanya diantaranya terkait dengan ide tentang Globalisasi.
Giddens melihat modernitas sebagai Juggernaut yang menawarkan sejumlah keuntungan namun juga sejumlah bahaya.
Beck menawarkan bahaya-bahaya dalam masayarakat modern yaitu berupa Masyarakat Risiko.
Ritzer melihat rasionalitas sebagai ciri utama masyarakat kontemporer dengan konsep McDonalisasi.
Bauman menaawarkan konsep Holocaust yang mengindikasikan irasionalitas.
Habermas memusatkan perhatiannya pada rasionalitas sistem dan keterbelakangan rasionalitas dunia kehidupan.
Castells dengan karyanya yang membahas tentang pertumbuhan informasionalisme dan masyarakat jaringan
Sumber Pustaka:
Castells, Manuel. 2000. The Rise of The Network Society. Victoria, Australia: Blackwell Publishing
Castells, Manuel. 2001. “The Information City, The New Economy and the Network Society”, dalam: Webster, Frank, 2006. The Information Society Reader. New York: Routledge.
Kuper, Adam & Kuper Jessica. 2000, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Ritzer, George & Douglas J. Goodman. 2008. Teori Sosiologi, Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Waters, Malcolm. 1996. Daniel Bell (Key Sociologists), New York: Routledge.
*didapat dari materi kuliah ^_^
INFORMASI DAN GLOBALISASI EKONOMI
Banyak proses globalisasi dilihat pengamat berciri ekonomi. Hal ini bisa dilihat (seperti yang dikemukakan Giddens) bahwa sebagian dari proses ekonomi dunia terdiri dari 200 perusahaan transnasional yang memproduksi antara sepertiga sampai setengah dari produksi dunia. Bidang otomotif, bahan kimia, bahan konstruksi dan semi konduktor adalah yang tergolong industri yang paling mengglobal. Sebagai contoh, 90 persen dari produksi semikonduktor dihasilkan oleh setidaknya sepuluh perusahaan transnasional. Transaksi financial skala global berlangsung 24 jam sehari karena dimungkinkan oleh kemampuan teknologi dalam memindahkan informasi. Bahkan dari sektor finansial inilah bisa dikatakan sebagai praktek ekonomi yang paling mengglobal. Oleh karena itu dikatakan banyak sumber, sebagian proses globalisasi dibentuk oleh aktivitas ekonomi skala-planet yang melahirkan sebuah ekonomi dunia yang saling terhubung, meski tidak secara seimbang.
Tabel 1
Bidang Usaha Korporasi Global
Korporasi bidang industri | Korporasi bidang teknologi informasi | Korporasi bidang jasa |
Mobil Minyak dan petrokimia Kimia dan obat-obatan Konstruksi dan bahan konstruksi Hutan dan produk kertas Perdagangan/konglomerat | Komputer dan elektronika Piranti lunak dan internet Telekomunikasi | Bank komersial Pelayanan transpotasi dan pos Pelayanan hukum Pelayanan bidang makanan Periklanan Media dan hiburan Konsultan dan akuntan Perdagangan eceran |
Tabel 2
MNCs yang Berasal dari Negara Sedang Berkembang
Amerika Latin | Asia Barat dan Selatan | Asia Timur | Asia Tenggara | Afrika |
Meksiko Gruma S.A.de CV CEMEX, S.A Vitro, S.A
Cili Enersis, S.A Gemer, S.A Empresas CMPC, S.A Compania de Potroleso de Cile Brasil Souza Cruz, S.A Petroleo Brasileiro, S.A Companhia Vale do Rio Doce Companhia Cerverjana Brahma
Argentina YPF, S.A Perez Companc, S.A
| Arab Saudi Saudi Basic Industries Corp.
India Reliance Industries Ltd. | Korea Selatan Hyundai Engineering & Construction Co. Dong-Ah Construction Int., Co Daewoo Co LG Electr. Co Samsung Elect. Sunkyong Group Cina Cina Ctate Constr. Eng. Corp. Cina Harbor Eng. Corp. China National Chemical Import & Expor Corp. China National Metal & Minerals Import & Export China Nat.Foreign Trade Transp. Corp. New World Dev.Co.Ltd. Jerdin-Matheson Holdings Ltd. Hutchinson Whampoa Ltd. Guangdong In.
| Malaysia Sime Derby Berhad Petronas
Singapura Keppel Corp.Ltd. Frase & Neve Ltd Want-Want Holdings
Singapore Airlines Ltd
Filipina San Miguel Corp. | Afrika Selatan Barlow Ltd. South African Breweries, PLC
Sappi
|
Sumber: diambil dari Wacana, Edisi 19 tahun VI 2005 (Jurnal Ilmu Sosial Transformasi), hal 21, yang telah diubah-disesuaikan dari sumber asli: Medard Gabel dan Henry Bruner, 2003, Global Inc: An Atlas of the Multinational Corporation, hal 6-7.
Perusahan Merek Global yang berasal dari Amerika Serikat
Perusahaan | Bidang Usaha | Perusahaan | Bidang Usaha |
Coca-Cola Microsoft IBM General Electric Intel Disney McDonald Marlboro Hewlett-Packard Citibank Ford American Express Gillette Cisco Budweiser Pepsi Oracle Morgan Stanley Merril Lynch Pfizer Deli Merck JP. Morgan Nike Kodak GAP Kellogg’s Heinz Goldman Sachs Harley Devidson MTV
| Minuman ringan Piranti lunak Komputer Peralatan listrik Piranti lunak Hiburan Restoran cepat saji Rokok Computer Bank Mobil Kartu kredit Pisau cukur Komputer Minuman Minuman ringan Komputer Lembaga keuangan Lembaga keuangan Obat-obatan Komputer Obat-obatan Lembaga keuangan Sepatu olah raga Fotografi Pakaian jadi Makanan Makanan Lembaga keuangan Motor Hiburan | Xerox KFC Apple Pizza Hut Accenture Kleenex Wringley’s Colgate Avon Sun Microsystem Kraft AOL Yahoo Time Tiffany Duracell Amazon.com Caterpillar Levi’s Hertz Motorola Boeing Johnson & Johnson Mobil Starbucks Burger King Polo Ralph Lauren FedEx Barbie Wall Street Journal Jack Daniel
| Mesin foto kopi Restoran cpt saji Computer Restoran Pakaian jadi Alat kebersihan Permen Pasta gigi Kosmetik Computer Makanan Komunikasi Komunikasi Majalah Pakaian jadi Batu baterei Toko buku Peralatan berat Pakaian jadi Persewaan mobil Telpon genggam Pesawat terbang Perawatan bayi Minyak Restoran Restoran Pakaian jadi Jasa pengiriman Boneka Koran Minuman keras
|
Sumber: diambil dari Wacana, Edisi 19 tahun VI 2005 (Jurnal Ilmu Sosial Transformasi), hal 23, yang telah diubah-disesuaikan dari sumber asli: Business Week, Edisi Asia, 4-11 Agustus 2003, hal 50-54.
Meningkatnya penyebaran MNCs di seluruh dunia baik dalam jenis maupun jumlahnya menimbulkan pengaruh yang sangat kuat pada minat dan perhatian masyarakat di belahan dunia manapun. Demikian kuatnya pengaruh keberadaan MNcs sehingga mampu mengubah tuntutan-tuntutan hidup seseorang. Tuntutan hidup seseorang bisa berubah mulai dari tuntutan berpakaian, mempunyai kendaraan sampai jenis alat komunikasi. Apa yang terjadi pada perubahan tuntutan sebenarnya bukan semata realita sederhana, namun di balik itu tersembunyi suatu gagasan dan persoalan ekonomi-politik konsumsi dalam globalisasi.
Dalam kaitan dengan persoalan ekonomi politik globalisasi itu, peranan teknologilah yang merupakan benang merahnya, khususnya teknologi informasi dan media. Keduanya menjadi alat jitu pembentuk cita rasa, gengsi dan status sosial dengan cara merekayasa kebutuhan, mengungkit permintaan dan mempengaruhi kinerja pasar. Dengan teknologi media berkecepatan mengagumkan, suatu trend mampu tercipta di penjuru dunia. Oleh karena itu sebenarnya bisa dikatakan bahwa teknologi dan media adalah mesin utama globalisasi yang menjalankan suatu gagasan yang disebut neoliberal.
Globalisasi Neoliberalisme
Inti Neoliberalisme sebenarnya adalah dilepaskannya hak istimewa atas modal dari berbagai tata aturan territorial maupun nasional, yang kemudian melahirkan kekuatan bisnis internasional yang berskala global. Dalam Neoliberalisme terkandung dua hal penting yaitu pertama, manusia hanya dilihat sebagai homo economicus, artinya transaksi dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan manusia mendasari semua tindakan dan relasi antar manusia. Kedua, pertumbuhan ekonomi akan optimal jika lalu lintas modal yang dimiliki oleh pribadi dilepaskan kaitannya dengan proses survival sosial dan ditujukan untuk kepentingan akumulasi laba.
Maka, ketika kita berbicara mengenai globalisasi ekonomi, sesungguhnya kita tengah membicarakan tentang tata dunia baru yang bertumpu pada kekuasaan modal dan teknologi, yang di dalamnya ada tiga hal penting yaitu (1) tatanan kekuasaan global yang bertumpu pada praktik bisnis raksasa lintas negara, (2) peran perusahaan-perusahaan transnasional, dan (3) konsekuensinya berupa proses kultural ideologis yang menyertainya, yaitu budaya konsumerisme melalui bisnis periklanan (logo, merek dan label) dengan prinsip kenikmatan, gengsi, status dan kemewahan.
Globalisasi Korporasi: Penjajahan Ruang Hidup dan Pikiran?
Korporasi dicitrakan sebagai wahana pembangunan ekonomi dan alih teknologi serta membuat dunia semakin dekat. Tetapi dalam kenyataannya, 200 MNCs teratas di dunia juga menciptakan “apartheid ekonomi global”, yaituketimpangan kesejahteraan dan akses pad sumber daya yang luar biasa besar. Misalnya 31 bank dalam 200 korporasi teratas mempunyai asset gabungan sebesar 10,4 triliun dollar AS dan penjualan lebih dari 8 miliar dollar AS pada 1998. Sementara hampir 4,8 miliar penduduk dunia di negara dengan produk nasional bruto perkapita kurang dari 1.000 dollar AS pertahun, hanya segelintir orang yang punya akses dari kredit transnasional.
Apartheid ekonomi global pada dasarnya adalah penjajahan ruang hidup. Ruang hidup sebenarnya bukan kewilayahan fisik, melainkan seperangkat kebutuhan dasar hidup mencakup pangan, energi, air bersih, pendidikan, pelayanan kesehatan dan informasi. Ruang hidup juga mencakup kekebabasan menganut kepercayaan, gaya hidup dan pikiran tertentu.
Penjajahan ruang hidup dilakukan dengan memberi label “industri” pada banyak hal yang menyangkut khidupan, misalnya pelayanan kesehatan berubah menjadi industri kesehatan, penyediaan pangan berubah menjadi industri pertanian atau agrobisnis, pendidikan berubah menjadi industri pendidikan dsb.
Ideologi korporasi adalah laba melalui domonasi pasar dan sumber daya. Melalui manipulasi informasi, mereka mencitrakan diri dengan kepentingan masyarakat. Tanpa kita sadari, korporasi mengambil alih cara berpikir kita sebagai manusia, melalui pencitraan iklan dan berita media yang tidak berimbang.
Ada paradigma tertentu yang dibentuk dalam benak kita dan inilah yang dinamakn cikal bakal memetic engineering. Paradigma tersebut merupakan menyeragaman cara berpikir guna memudahkan perusahaan menghasilkan produk yang seragam untuk pasar yang seragam.
Kapitalisme Terorganisir
Realita tentang globalisasi di atas telah disorot oleh teoritikus pascaindustri, Lash dan Urry yang telah menggabungkan pandangan tentang perubahan ekonomi, organisasi dan teknologi untuk melihat restrukturisai dan regenerasi kapitalisme global. Pemikiran Lash dan Urry terpusat pada diskusi mengenai kapitalisme dunia di mana tak satupun perubahan ekonomi, teknologi maupun komposisi kelas dapat dibatasi pada suatu negara bangsa. Semua perubahan itu merupakan bagian dari proses globalisasi. Menurut Lash dan Urry, sejak pertengahan 1870-an dunia Barat mulai mengembangkan sejumlah ekonomi industrial sebagai bagian dari apa yang disebut”kapitalisme terorganisir” dengan ciri-ciri:
- Konsentrasi dan sentralisasi modal industri, perbankan dan komersial dalam konteks pasar yang semakin teregulasi.
- Pemisahan antara kepemilikan dan menajemen (control) dalam bisnis, termasuk berkembangnya hirarki manajerial birokratis yang kompleks yang melibatkan lahirnya sector-sektor baru intelegensia managerial, ilmiah dan teknologis – hal yang dipandang sebagai bagian dari suatu signifikan ideologis yang diberikan pada rasionalitas teknis dan pemujaan sains.
- Pertumbuhn jumlah tenaga kerja di pabrik-pabrik besar dan kekutan kolektif buruh.
- Berkembangnya industri manufaktur/ekstraktif sebagai sector dominant, bersamaan dengan tumbuhnya kota-kota industri besar.
Pustaka Acuan
Chris Barker, 2005. Cultural Studies, Teori dan Praktek. Yogyakarta: Bentang.
_________, Wacana, Jurnal Ilmu Sosial Transformatif Edisi 19, Tahun 2005. Yogyakarta: Insist Press.
Lihat Juga
Labels
- Abstrak Skripsi (4)
- Ajushi~ (3)
- Analisa Informasi Bisnis (1)
- Bahagia (1)
- Bahan Koleksi Perpustakaan (1)
- Best Friend (2)
- Calon Suami (1)
- Cerita Islami (2)
- Chinese Library Classification (1)
- Colon Classification (1)
- Curhat selingan (10)
- DDC (1)
- Dinamika Kelompok (2)
- Dublin Core (1)
- Entrepreneur (1)
- Fisika (1)
- GDLN (1)
- Globalisasi Ekonomi (1)
- IDLN (1)
- Individualistis (1)
- Informasi dan Masyarakat (6)
- Information seeking behavior (4)
- Jodoh (4)
- Kanker (1)
- Katalogisasi (1)
- kejahatan dunia maya (1)
- Kesehatan (1)
- Ketersediaan Koleksi Buku Teks (1)
- Klasifikasi agama (1)
- Konten Islami (1)
- library building (1)
- Library of Congress Classification (1)
- library space (1)
- Masyarakat Informasi (4)
- Mata Kuliah (1)
- materi kuliah (16)
- Metadata (1)
- Metalurgi (1)
- Model Penemuan Informasi (4)
- Orang Tua (1)
- Pelayanan Jasa Informasi (1)
- Pemasaran jasa informasi (1)
- Penelitian Deskriptif (4)
- Perasaan (1)
- Perilaku Informasi (5)
- Perilaku Organisasi (3)
- Perilaku pencarian informasi (5)
- Perpustakaan (2)
- Perpustakaan Agama (1)
- Perpustakaan Anak (1)
- Perpustakaan Digital (1)
- Persepsi (1)
- Perubahan Sosial (1)
- Psikologi (1)
- Pustakawan (2)
- Senang (1)
- Senyum (1)
- Sistem Klasifikasi (2)
- Skripsi Ilmu Informasi dan Perpustakaan (3)
- tata ruang perpustakaan (2)
- Telematika (1)
- Tips (4)
- UDC (1)
- Universal Decimal Classification (1)
- Wanita Solehah (2)
- Wirausaha (1)