Aguilar, Weick dan Duft (dalam Choo, Detlon &
Turnbull, 2000), mengidentifikasi empat mode dalam kegiatan penemuan informasi
melalui internet yang meliputi:
ü
Undirected viewing
Dalam hal ini, individu
menelusur informasi melalui internet tanpa adanya kebutuhan informasi yang
jelas dalam pikirannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan beragam informasi
yang bisa ia gunakan, hingga akhirnya ia bisa menyaring informasi tersebut.
ü
Conditioned viewing
Berbeda dengan undirected
viewing, dalam conditioned viewing, individu menelusur informasi
dengan topik yang jelas. Penelusuran informasi yang dilakukan oleh individu
menjadi terarah.
ü Informal search
Dalam informal
search, individu telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang topik
tertentu. Sehingga penelusuran informasi melalui internet bertujuan untuk
memperdalam pengetahuan dan pemahaman tentang topik tersebut. Dengan pemahaman
yang telah dimiliki, menjadikan individu mampu merumuskan query secara
jelas sekaligus dapat mengetahui batasan-batasan sejauh mana ia akan melakukan
penelusuran tersebut. Namun dalam penelusuran ini, individu membatasi pada
usaha dan waktu yang ia gunakan karena pada dasarnya, penelusuran yang ia
lakukan hanya bertujuan untuk menentukan adanya tindakan atau respon terhadap
kebutuhannya.
ü Formal search
Dalam formal search,
individu mempersiapkan waktu dan usaha untuk menelusur informasi atau topik
tertentu secara khusus sesuai dengan yang ia butuhkan. Penelusuran ini bersifat
formal karena dilakukan dengan menggunakan metode-metode tertentu. Tujuan
penelusuran adalah untuk memperoleh informasi secara detail guna memperoleh
solusi atau keputusan dari sebuah permasalahan yang dihadapi oleh individu.
Marchionini
(1995), juga mencoba mengidentifikasi kegiatan browsing melalui internet
ke dalam tiga tipe, yaitu:
ü Directed
browsing
Browsing dilakukan secara
sistematis, fokus, dan terarah pada topik yang jelas.
ü Semidirected
browsing
Browsing tidak dilakukan secara
sistematis dan fokus. Query yang digunakan masih bersifat umum.
ü Undirected
browsing
Browsing
yang
dilakukan tidak memiliki tujuan yang pasti, dan sangat minim adanya fokus.
Lebih
lanjut, Marchionini juga mengajukan model lain dalam proses penemuan informasi
di era elektronik. Dalam modelnya, proses penemuan informasi ini terdiri atas
delapan subproses:
1. Menyadari adanya sebuah permasalahan
2. Mencoba mendefinisikan dan memahami permasalahan
3. Memilih sistem pencari informasi
4. Merumuskan query yang cocok
5. Mengoperasikan search engine
6. Memeriksa hasil yang diperoleh
7. Menyaring informasi
8. Merefleksikan informasi/berhenti (Marchionini, 1995;
pp. 49-60)
Perilaku penemuan informasi melalui internet juga
dipengaruhi oleh tingkat kemampuan individu dalam menggunakan internet. Dalam
studi yang dilakukan oleh Lazonder, Biemans dan Wopereis (2000), menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan antara individu yang memiliki keahlian khusus dalam
menggunakan search engine dengan individu yang masih baru atau awam
dalam menggunakan search engine. Mereka dibedakan oleh pengalaman yang
dimiliki. Individu yang memiliki peng`laman lebih banyak dalam memanfaatkan search
engine, akan cenderung lebih sistematis dalam melakukan penelusuran
dibandingkan dengan yang masih minim pengalaman (novice).
Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh
Holscher dan Strube (2000), juga menunjukkan bahwa novice lebih sering
merumuskan query berkali-kali karena hasil penelusuran yang diperoleh
seringkali tidak cocok dengan informasi yang dibutuhkan. Holscher juga
menambahkan bahwa kemampuan untuk menulusur informasi melalui internet perlu
dimiliki oleh individu, karena ini dapat berdampak signifikan pada kesuksesan
dalam penelusuran informasi.
Kajian tentang perilaku penemuan informasi melalui
internet ini juga berkaitan dengan aspek sosial-budaya. Menurut Jenkins (2003),
peran lingkungan sosial tidak bisa diabaikan begitu saja pengaruhnya dalam
penemuan informasi melalui internet, ini terkait dengan konteks dan perbedaan
wilayah dimana individu yang bertindak sebagai user berada. Apalagi,
saat ini internet tidak lagi hanya dipandang sebagai sarana teknologi yang
sekedar dipersepsi sebagai media kontemporer, namun lebih dari itu. Lebih
lanjut menurut Healy (dalam Martzoukou, 2005), internet telah menjadi sebuah
lingkungan informasi yang universal dan merupakan ekosistem dari sebuah
subkultur. Dengan begitu, perilaku penemuan informasi melalui media internet
pun dilakukan oleh individu dari berbagai kultur. Elemen sosial budaya dalam
perilaku penemuan informasi melalui internet ini dapat terlihat dari hubungan
sosial, partisipasi, komunikasi, dan identitas budaya. Dengan kata lain,
kondisi ini disebut socially situated practiced
(Lueg, 2000).
0 komentar:
Posting Komentar