Model Perilaku
Informasi “Sense Making” Dervin
Dervin (dalam Godbold, 2006) mengembangkan sebuah model
perilaku informasi yang dikenal dengan model “Sense-making”. Dervin
mencoba menunjukkan perilaku informasi seseorang yang tidak hanya memperhatikan
konteks lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis di mana mereka berada,
namun juga memperhatikan tempat dan waktu yang menunjukkan pentingnya sebuah
rencana (plans), mimpi (dreams), fantasi (fantacies), dan
ilusi (ilutions) seseorang. Dervin menggambarkan kondisi sesungguhnya
tentang bagaimana seseorang menggunakan panca inderanya untuk memahami situasi
dan kondisi di luar pengetahuannya dan selanjutnya membandingkan dengan kondisi
pengetahuan yang dimiliki. Proses inilah yang
disebut dengan “Sense-making”
Gambar I.1 Model “Sense-making”
Dervin
Sumber:
Godbold, Natalya. 2006. Beyond Information Seeking: Towards A General Model
Of Information Behaviour, Information
Research, 11(4)
paper 269, [online], diakses pada 10 September 2009, tersedia di http://InformationR.net/ir/11-4/paper269.html
>> Situasi dalam rentang ruang dan waktu yang menjadi konteks bagi munculnya masalah-masalah dalam kehidupan seseorang. Pada situasi ini seseorang akan dihadapkan pada sejarah, pengalaman, situasi pada masa lalu maupun sekarang. Dervin menggambarkan seorang pencari informasi sebagai orang yang bergerak melalui situasi yang membuatnya merasakan ada kekurangan dan kesenjangan dalam struktur kognisinya.
>> Kesenjangan kognitif (Cognitive gap), yaitu indikasi yang menunjukkan adanya perbedaan antara situasi kontekstual dengan situasi yang diinginkan. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami kebingungan penuh pertanyaan.
>> Jembatan kognisi yaitu suatu cara yang dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan (gap) antara informasi yang dimiliki dan informasi yang diinginkan. Jembatan kognisi yang dibangun seperti membangun ide, memanfaatkan sumber-sumber informasi, mencari bantuan dan lain sebagainya.
>> Hasil (Out Come), yaitu hasil dari usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam menemukan informasi melalui jembatan kognisi yang dibuatnya. Hasil yang diperoleh bisa berupa keberhasilan atau kegagalan.
Dalam modelnya, Dervin menggambarkan perilaku informasi seseorang seperti “perjalanan”. Dalam hal ini, terdapat empat elemen dasar, yaitu:
>> Kesenjangan kognitif (Cognitive gap), yaitu indikasi yang menunjukkan adanya perbedaan antara situasi kontekstual dengan situasi yang diinginkan. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami kebingungan penuh pertanyaan.
>> Jembatan kognisi yaitu suatu cara yang dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan (gap) antara informasi yang dimiliki dan informasi yang diinginkan. Jembatan kognisi yang dibangun seperti membangun ide, memanfaatkan sumber-sumber informasi, mencari bantuan dan lain sebagainya.
>> Hasil (Out Come), yaitu hasil dari usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam menemukan informasi melalui jembatan kognisi yang dibuatnya. Hasil yang diperoleh bisa berupa keberhasilan atau kegagalan.
Dervin juga mengungkapkan bahwa
dalam menghadapi hambatan-hambatan yang muncul karena adanya kesenjangan (gap)
antara pengetahuan yang dimiliki seseorang dengan pengetahuan yang ada di luar,
maka biasanya seseorang akan melakukan strategi untuk mengatasi kesenjangan
tersebut. Ada beberapa alternatif strategi untuk mengatasi kesenjangan, yaitu:
1. Menganalisis
kesenjangan
>> Ketika
kesenjangan (gap) terlihat besar
Seseorang bisa memutuskan untuk tidak mencari
informasi jika ia merasa kesenjangan yang ada terlalu besar. Menurut Wilson
(2000), kesenjangan (gap) terlihat begitu besar ketika perilaku penemuan
informasi ini melibatkan resiko, seperti:
- Resiko
emosional (takut akan berita buruk, takut akan kegagalan, dan takut akan
meningkatnya ketidakpastian)
- Resiko
fisik
- Resiko
politik dan sosial
>> Ketika
kesenjangan (gap) terlihat kecil
Seseorang bisa memutuskan untuk tidak mencari
informasi jika ia merasa kesenjangan (gap) yang ada tampak kecil. Ini
dapat berarti bahwa:
- Seseorang
mengetahui adanya kesenjangan, tapi ia merasa dapat mengatasinya.
- Ada
orang yang memberitahu dirinya bahwa sebenarnya ada kesenjangan, namun ia
meyakinkan pada dirinya bahwa tak ada kesenjangan.
- Tak
ada seorangpun yang memberitahu tentang adanya kesenjangan (gap)
tersebut.
2. Mempertimbangkan
kesenjangan
Mempertimbangkan
kesenjangan seperti melakukan untung rugi sebelum dan selama perilaku
informasi. Apakah kesenjangan yang ada terlalu besar? Apakah kesenjangan yang
ada terlalu kecil? Ketika kesenjangan terlalu besar atau terlalu kecil,
seseorang bisa mengabaikan atau tidak memulai perilaku informasi.
3.
Alternatif lain
>> Untuk
menjembatani kesenjangan, orang dapat mencari informasi. Ini membuat mereka
mengubah realitas internal dirinya, sampai sangat cocok dengan yang kita sebut
sebagai realitas eksternal.
- Mereka
juga dapat menutup kesenjangan dengan mengubah realitas eksternal sampai sesuai
dengan pandangannya sendiri.
- Faktanya, banyak orang yang merasa tidak menyadari
situasi yang mereka alami. Dengan demikian, kesenjangan hadir bagi orang
tersebut, namun tidak akan menjadi persoalan sampaai informasi menyebar kedalam
komunitas yang lebih luas. Sehingga orang
melakukan langkah lain, yaitu menghindari informasi tersebut.
- Analisis
lain yang menyebutkan bahwa ada tiga strategi lain yang bisa digunakan untuk
menyesuaikan diri dengan kesenjangan yang ada, yaitu:
> Membangun
jembatan (misalnya dengan mencari informasi dan menciptakan informasi)
> Membangun
kesenjangan (gap) menjadi lebih kecil (misalnya dengan menyebarkan dan
menghancurkan informasi)
> Mengabaikan
kesenjangan (misalnya dengan menghindari atau tidak mempercayai informasi, dan
melakukan mental note.
Berkaitan dengan kesenjangan (gap), berikut ini
adalah model yang merupakan perluasan dari model perilaku penemuan informasi
Wilson 1981.
Gambar I.2 Perluasan Model
Perilaku Penemuan Informasi Wilson 1981
Sumber:
Godbold, Natalya. 2006. Beyond Information Seeking: Towards A General Model
Of Information Behaviour, Information
Research,
11(4) paper 269,
[online], diakses pada 10 September 2009, tersedia di http://InformationR.net/ir/11-4/paper269.html
Pada gambar 1.2 tersebut menggambarkan seseorang yang sedang mencari
informasi. Dalam model tersebut, seseorang yang mencari informasi berada pada
konteks situasi yang mendasari munculnya kebutuhan informasi, seperti yang
telah dijelaskan oleh Dervin. Pada konteks ini seseorang memiliki karakteristik
sebagai pelaku informasi yang memiliki tubuh, pikiran, semangat, dan kehidupan
yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Sebagai seseorang yang digambarkan oleh
Dervin, maka konteks dimana orang tersebut berada akan memunculkan kebutuhan
informasi bagi orang tersebut. Pada model tersebut digambarkan adanya sebuah
kesenjangan (gap) yang membatasi perilaku penemuan informasi seseorang.
Model Wilson (1981) menggambarkan kesenjangan (gap) tersebut sebagai
sebuah hambatan (barriers) bagi seseorang yang akan menemui informasi.
Model Dervin menggambarkan tentang strategi yang dilakukan dalam menghadapi
kesenjangan (gap) atau hambatan (barriers) tersebut ke dalam enam aksi, yaitu
pencarian informasi, penyebaran atau pertentangan informasi, melakukan mental
note terhadap informasi, menghindari informasi, dan menciptakan informasi.
0 komentar:
Posting Komentar