Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
merupakan perguruan tinggi yang memiliki program pendidikan yang lebih berfokus
pada pendidikan keagamaan seperti Tarbiyah, Adab,
Syari’ah,
Dakwah, Ushuluddin,
Matematika, Psikologi dll. Perpustakaan yang ada di dalamnya tentunya
memiliki koleksi yang mayoritas mengenai agama islam dan perluasan di dalamnya. Dalam mengolah
koleksinya perpustakaan mengacu pada sistem klasifikasi DDC dan Tajuk Subyek
Perpustakaan Nasional (ed.revisi) untuk penentuan subyek bahan pustaka karena
sebagian besar koleksi yang dimiliki menggunakan bahasa indonesia. Selain itu
koleksi perpustakaan ini sebagian besar merupakan koleksi yang bersubyek agama
islam oleh karena itu perpustakaan juga menggunakan Daftar Tajuk Subyek Islam
dan Sistem Klasfikasi Islam: Adaptasi Dari Perluasan DDC Seksi Islam yang
diterbitkan oleh Departemen Agama untuk mengolah koleksi yang bertemakan agama
baik dalam menentukan subyek maupun menentukan nomor klasifikasinya.
Daftar
Tajuk Subyek Islam dan Sistem Klasfikasi Islam: Adaptasi Dari Perluasan DDC
Seksi Islam ini merupakan perluasan dari kelas 297 dalam DDC yang penulisannya
menjadi 2X..
Contohnya:
2X0 Islam (Umum)
2X1 Al Quran dan Ilmu yang Berkaitan
2X2 Hadist dan Ilmu yang Berkaitan
2X3 Aqaid dan Ilmu Kalam
2X4 Fikih
2X5 Akhlak dan Tasawuf
2X6 Sosial dan Budaya
2X7 Filsafat dan Perkembangan
2X8 Aliran dan Sekte
2X9 Sejarah Islam dan Biografi
Pustakawan
Bagian Klasifikasi
Klasifikasi di IAIN Sunan Ampel Surabaya
dikelola oleh dua orang pustakawan, yaitu Nurul Hidayah dan Endah Sudarwijati. Keduanya
merupakan lulusan jurusan ilmu informasi dan perpustakaan, ibu Nurul merupakan
lulusan dari Universitas Padjadjaran sedangkan ibu Endah adalah lulusan dari
Universitas Indonesia. Ibu Nurul sudah bekerja sekitar 2 tahun di perpustakaan
IAIN Sunan Ampel Surabaya, namun sebelumnya beliau juga pernah bekerja di
bagian klasifikasi perpustakaan Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya selama
5 tahun. Sedangkan Ibu Endah sudah bekerja selama kurang lebih 15 tahun di
perpustakaan IAIN Sunan Ampel Surabaya. Keduanya kini menjadi pustakawan yang
bekerja khusus dibidang klasifikasi
di perpustakaan.
Apabila perpustakaan sedang mengadakan proses pengadaan
bahan pustaka, bagian klasifikasi dibantu dengan menghadirkan satu pustakawan
tambahan dari perpustakaan pasca sarjana untuk membantu peyelesaian pekerjaan.
Namun disaat hari-hari biasa pustakawan bagian klasifikasi tetap berjumlah 2
pustakawan yang sekaligus menginput data pada OPAC.
Kesulitan
yang dihadapi oleh pustakawan bagian klasifikasi yaitu disaat mereka menemukan
buku yang memiliki lebih dari satu subyek besar. Mereka merasa kesulitan dalam
menentukan subyek utama dari buku tersebut yang tidak jarang memakan banyak
waktu dalam menentukannya. Solusi yang diambil oleh pustakawan dalam menghadapi
kesulitan ini mereka dituntut untuk mengetahui isi dari buku tersebut dengan
cara membaca daftar isi ataupun beberapa lembar dari isi buku, setelah itu baru
dapat ditentukan subyek mana yang lebih dominan. Tentunya kegiatan ini akan
membutuhkan waktu yang cukup lama. Tidak jarang pustakawan akan menunda pemberian
nomor klasifikasi untuk
jenis koleksi yang memiliki subyek ganda tersebut dan memilih mengerjakan
koleksi yang mudah terlebih dahulu.
Pustakawan
juga memberikan tambahan kata kunci pada koleksi yang dirasa perlu. Kata kunci ini berfungsi
sebagai penyempitan subyek. Kata kunci digunakan
dalam tajuk subyek hanya berfungsi untuk memudahkan dalam melakukan pencarian
koleksi. Kata kunci ini ditentukan sendiri oleh pustakawan yang mengelola bahan
pustaka. Dalam mengelola bahan pustaka pustakawan taat pada asas yang berlaku, yaitu mencantumkan segala aspek yang memang terkandung
dalam koleksi seperti keterangan lokasi atau geografis dan bahasa.
Oleh karena itu tidak jarang dijumpai koleksi bahan
pustaka yang memiliki nomor kelas yang panjang, memiliki sekitar 6-9 digit
angka. Selain menggunakan asas yang sudah ada, pustakawan juga
memberikan kode tertentu pada bahan pustaka untuk membedakan fungsinya. Kode U
untuk bacaan umum yang bisa dipinjam oleh mahasiswa, kode T untuk koleksi
tandon, sedangkan kode R untuk koleksi referensi. Koleksi tandon dan referensi
tidak boleh dipinjam, hanya boleh di fotocopy saja. Selain kode tersebut juga
terdapat kode K yakni skripsi, koleksi yang sepadan dengan kode ini adalah DS
untuk Disertasi, TS untuk tesis, DT untuk diktat dan MK untuk makalah.
DDC sebagai alat bantu klasifikasi bahan pustaka selain berbentuk buku yang
satu setnya terdiri dari 4 buku, kini juga telah ada DDC versi online, yang
diciptakan dengan tujuan mempermudah pekerjaan petugas dalam mengklasifikasi.
Begitu juga dengan pustakawan IAIN sudah pernah mencoba untuk menggunakan alat
ini dalam melakukan pekerjaan klasifikasinya, namun yang ada mereka merasa
tidak puas dalam menggunakannya. Pustakawan IAIN tersebut merasa kurang percaya
akan hasil yang diperoleh dengan menggunakan DDC online, sehingga mereka juga
tetap melihat kembali pada DDC manual untuk lebih memastikan lagi. Akhirnya
mereka tidak lagi menggunakan DDC versi online untuk mengklasifikasi dengan
alasan kurang percaya dan kurang puas akan hasil yang diperoleh dengan menggunakan
alat tersebut.
Salah satu cara praktis yang digunakan oleh pustakawan IAIN bagian
klasifikasi yaitu mereka sering dan hampir selalu menggunakan alat bantu yang
disebut “Terjemahan Ringkasan Klasifikasi Desimal Dewey dan Indeks Relatif”
yang telah diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional RI. Seperti judul yang
dimiliki, buku ini memang suatu ringkasan dari DDC dengan penjelasan yang
menggunakan bahasa indonesia yang lebih mudah dimengerti oleh pustakawan.
Mereka menggunakan alat ini untuk mempermudah pekerjaannya dalam
mengklasifikasi, namun apabila terdapat suatu koleksi bahan pustaka yang
subyeknya tidak tercantum dalam buku ringkasan tersebut, pustakawan akan
mencarinya dalam DDC yang asli.
Sistem
Katalogisasi Buku
Perpustakaan ini menggunakan software SLiMS (Senayan Library Management
System) untuk membuat Katalog Online dan menelusur buku bagi pengguna. Sebelum
buku diolah ke dalam database SLiMS, pustakawan membuat no Klasifikasi di Form
Isian Pengolahan. Setelah itu baru di entry kedalam SLiMS.
Berikut ini gambar Form
Isian Pengolahan Buku
Sumber
: Pedoman Perpustakaan IAIN Sunan Ampel
Alasan pustakawan menggunakan Form Isian Pengolahan
adalah ketika ada kegiatan pengadaan buku yang berjumlah ratusan, maka
pustakawan berbagi tugas. Untuk penomoran klasifikasi tetap dikerjakan oleh
pustakawan bagian klasifikasi. Sedangkan untuk entry buku ke dalam katalog
SLiMS, dikerjakan oleh pustakawan lainnya. Hal
ini dirasa cukup efektif karena mempersingkat proses klasifikasi dan katalogisasi buku.
0 komentar:
Posting Komentar