Pages

Rekomendasi

Jumat, 19 Oktober 2012

Model Perilaku Informasi


Model Perilaku Informasi “Sense Making” Dervin
Dervin (dalam Godbold, 2006) mengembangkan sebuah model perilaku informasi yang dikenal dengan model “Sense-making”. Dervin mencoba menunjukkan perilaku informasi seseorang yang tidak hanya memperhatikan konteks lingkungan fisik, sosial, maupun psikologis di mana mereka berada, namun juga memperhatikan tempat dan waktu yang menunjukkan pentingnya sebuah rencana (plans), mimpi (dreams), fantasi (fantacies), dan ilusi (ilutions) seseorang. Dervin menggambarkan kondisi sesungguhnya tentang bagaimana seseorang menggunakan panca inderanya untuk memahami situasi dan kondisi di luar pengetahuannya dan selanjutnya membandingkan dengan kondisi pengetahuan yang dimiliki. Proses inilah yang disebut dengan “Sense-making





Gambar I.1 Model “Sense-making” Dervin
Sumber: Godbold, Natalya. 2006. Beyond Information Seeking: Towards A General Model Of Information Behaviour, Information Research, 11(4) paper 269, [online], diakses pada 10 September 2009, tersedia di http://InformationR.net/ir/11-4/paper269.html



Dalam modelnya, Dervin menggambarkan perilaku informasi seseorang seperti “perjalanan”. Dalam hal ini, terdapat empat elemen dasar, yaitu:

>> Situasi dalam rentang ruang dan waktu yang menjadi konteks bagi munculnya masalah-masalah dalam kehidupan seseorang. Pada situasi ini seseorang akan dihadapkan pada sejarah, pengalaman, situasi pada masa lalu maupun sekarang. Dervin menggambarkan seorang pencari informasi sebagai orang yang bergerak melalui situasi yang membuatnya merasakan ada kekurangan dan kesenjangan dalam struktur kognisinya.
>> Kesenjangan kognitif (Cognitive gap), yaitu indikasi yang menunjukkan adanya perbedaan antara situasi kontekstual dengan situasi yang diinginkan. Hal ini menyebabkan seseorang mengalami kebingungan penuh pertanyaan.
>> Jembatan kognisi yaitu suatu cara yang dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan kesenjangan (gap) antara informasi yang dimiliki dan informasi yang diinginkan. Jembatan kognisi yang dibangun seperti membangun ide, memanfaatkan sumber-sumber informasi, mencari bantuan dan lain sebagainya.
>> Hasil (Out Come), yaitu hasil dari usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam menemukan informasi melalui jembatan kognisi yang dibuatnya. Hasil yang diperoleh bisa berupa keberhasilan atau kegagalan.

Dervin juga mengungkapkan bahwa dalam menghadapi hambatan-hambatan yang muncul karena adanya kesenjangan (gap) antara pengetahuan yang dimiliki seseorang dengan pengetahuan yang ada di luar, maka biasanya seseorang akan melakukan strategi untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Ada beberapa alternatif strategi untuk mengatasi kesenjangan, yaitu:

1.   Menganalisis kesenjangan
>> Ketika kesenjangan (gap) terlihat besar
Seseorang bisa memutuskan untuk tidak mencari informasi jika ia merasa kesenjangan yang ada terlalu besar. Menurut Wilson (2000), kesenjangan (gap) terlihat begitu besar ketika perilaku penemuan informasi ini melibatkan resiko, seperti:
- Resiko emosional (takut akan berita buruk, takut akan kegagalan, dan takut akan meningkatnya ketidakpastian)
Resiko fisik
Resiko politik dan sosial
>>  Ketika kesenjangan (gap) terlihat kecil
Seseorang bisa memutuskan untuk tidak mencari informasi jika ia merasa kesenjangan (gap) yang ada tampak kecil. Ini dapat berarti bahwa:
Seseorang mengetahui adanya kesenjangan, tapi ia merasa dapat mengatasinya.
Ada orang yang memberitahu dirinya bahwa sebenarnya ada kesenjangan, namun ia meyakinkan pada dirinya bahwa tak ada kesenjangan.
- Tak ada seorangpun yang memberitahu tentang adanya kesenjangan (gap) tersebut.

2. Mempertimbangkan kesenjangan
Mempertimbangkan kesenjangan seperti melakukan untung rugi sebelum dan selama perilaku informasi. Apakah kesenjangan yang ada terlalu besar? Apakah kesenjangan yang ada terlalu kecil? Ketika kesenjangan terlalu besar atau terlalu kecil, seseorang bisa mengabaikan atau tidak memulai perilaku informasi.
3.  Alternatif lain
>> Untuk menjembatani kesenjangan, orang dapat mencari informasi. Ini membuat mereka mengubah realitas internal dirinya, sampai sangat cocok dengan yang kita sebut sebagai realitas eksternal.
- Mereka juga dapat menutup kesenjangan dengan mengubah realitas eksternal sampai sesuai dengan pandangannya sendiri.
- Faktanya, banyak orang yang merasa tidak menyadari situasi yang mereka alami. Dengan demikian, kesenjangan hadir bagi orang tersebut, namun tidak akan menjadi persoalan sampaai informasi menyebar kedalam komunitas yang lebih luas. Sehingga orang melakukan langkah lain, yaitu menghindari informasi tersebut.
- Analisis lain yang menyebutkan bahwa ada tiga strategi lain yang bisa digunakan untuk menyesuaikan diri dengan kesenjangan yang ada, yaitu:
> Membangun jembatan (misalnya dengan mencari informasi dan menciptakan informasi)
> Membangun kesenjangan (gap) menjadi lebih kecil (misalnya dengan menyebarkan dan menghancurkan informasi)
> Mengabaikan kesenjangan (misalnya dengan menghindari atau tidak mempercayai informasi, dan melakukan mental note.
Berkaitan dengan kesenjangan (gap), berikut ini adalah model yang merupakan perluasan dari model perilaku penemuan informasi Wilson 1981.

 Gambar I.2 Perluasan Model Perilaku Penemuan Informasi Wilson 1981
Sumber: Godbold, Natalya. 2006. Beyond Information Seeking: Towards A General Model Of Information Behaviour, Information Research, 11(4) paper 269, [online], diakses pada 10 September 2009, tersedia di http://InformationR.net/ir/11-4/paper269.html


Pada gambar 1.2 tersebut menggambarkan seseorang yang sedang mencari informasi. Dalam model tersebut, seseorang yang mencari informasi berada pada konteks situasi yang mendasari munculnya kebutuhan informasi, seperti yang telah dijelaskan oleh Dervin. Pada konteks ini seseorang memiliki karakteristik sebagai pelaku informasi yang memiliki tubuh, pikiran, semangat, dan kehidupan yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Sebagai seseorang yang digambarkan oleh Dervin, maka konteks dimana orang tersebut berada akan memunculkan kebutuhan informasi bagi orang tersebut. Pada model tersebut digambarkan adanya sebuah kesenjangan (gap) yang membatasi perilaku penemuan informasi seseorang. Model Wilson (1981) menggambarkan kesenjangan (gap) tersebut sebagai sebuah hambatan (barriers) bagi seseorang yang akan menemui informasi. Model Dervin menggambarkan tentang strategi yang dilakukan dalam menghadapi kesenjangan (gap) atau hambatan (barriers) tersebut ke dalam enam aksi, yaitu pencarian informasi, penyebaran atau pertentangan informasi, melakukan mental note terhadap informasi, menghindari informasi, dan menciptakan informasi.

Lihat Juga


0 komentar: