Pages

Rekomendasi

Jumat, 19 Oktober 2012

Perilaku Penemuan Informasi melalui Internet


Aguilar, Weick dan Duft (dalam Choo, Detlon & Turnbull, 2000), mengidentifikasi empat mode dalam kegiatan penemuan informasi melalui internet yang meliputi:
ü  Undirected viewing
Dalam hal ini, individu menelusur informasi melalui internet tanpa adanya kebutuhan informasi yang jelas dalam pikirannya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan beragam informasi yang bisa ia gunakan, hingga akhirnya ia bisa menyaring informasi tersebut.
ü  Conditioned viewing
Berbeda dengan undirected viewing, dalam conditioned viewing, individu menelusur informasi dengan topik yang jelas. Penelusuran informasi yang dilakukan oleh individu menjadi terarah.
ü  Informal search
Dalam informal search, individu telah memiliki pengetahuan yang cukup tentang topik tertentu. Sehingga penelusuran informasi melalui internet bertujuan untuk memperdalam pengetahuan dan pemahaman tentang topik tersebut. Dengan pemahaman yang telah dimiliki, menjadikan individu mampu merumuskan query secara jelas sekaligus dapat mengetahui batasan-batasan sejauh mana ia akan melakukan penelusuran tersebut. Namun dalam penelusuran ini, individu membatasi pada usaha dan waktu yang ia gunakan karena pada dasarnya, penelusuran yang ia lakukan hanya bertujuan untuk menentukan adanya tindakan atau respon terhadap kebutuhannya.
ü  Formal search
Dalam formal search, individu mempersiapkan waktu dan usaha untuk menelusur informasi atau topik tertentu secara khusus sesuai dengan yang ia butuhkan. Penelusuran ini bersifat formal karena dilakukan dengan menggunakan metode-metode tertentu. Tujuan penelusuran adalah untuk memperoleh informasi secara detail guna memperoleh solusi atau keputusan dari sebuah permasalahan yang dihadapi oleh individu.
Marchionini (1995), juga mencoba mengidentifikasi kegiatan browsing melalui internet ke dalam tiga tipe, yaitu:
ü  Directed browsing
Browsing dilakukan secara sistematis, fokus, dan terarah pada topik yang jelas.
ü  Semidirected browsing
Browsing tidak dilakukan secara sistematis dan fokus. Query yang digunakan masih bersifat umum.
ü  Undirected browsing
Browsing yang dilakukan tidak memiliki tujuan yang pasti, dan sangat minim adanya fokus.
Lebih lanjut, Marchionini juga mengajukan model lain dalam proses penemuan informasi di era elektronik. Dalam modelnya, proses penemuan informasi ini terdiri atas delapan subproses:
1. Menyadari adanya sebuah permasalahan
2. Mencoba mendefinisikan dan memahami permasalahan
3. Memilih sistem pencari informasi
4. Merumuskan query yang cocok
5. Mengoperasikan search engine
6. Memeriksa hasil yang diperoleh
7. Menyaring informasi
8. Merefleksikan informasi/berhenti (Marchionini, 1995; pp. 49-60)
Perilaku penemuan informasi melalui internet juga dipengaruhi oleh tingkat kemampuan individu dalam menggunakan internet. Dalam studi yang dilakukan oleh Lazonder, Biemans dan Wopereis (2000), menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara individu yang memiliki keahlian khusus dalam menggunakan search engine dengan individu yang masih baru atau awam dalam menggunakan search engine. Mereka dibedakan oleh pengalaman yang dimiliki. Individu yang memiliki peng`laman lebih banyak dalam memanfaatkan search engine, akan cenderung lebih sistematis dalam melakukan penelusuran dibandingkan dengan yang masih minim pengalaman (novice).
Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Holscher dan Strube (2000), juga menunjukkan bahwa novice lebih sering merumuskan query berkali-kali karena hasil penelusuran yang diperoleh seringkali tidak cocok dengan informasi yang dibutuhkan. Holscher juga menambahkan bahwa kemampuan untuk menulusur informasi melalui internet perlu dimiliki oleh individu, karena ini dapat berdampak signifikan pada kesuksesan dalam penelusuran informasi.
Kajian tentang perilaku penemuan informasi melalui internet ini juga berkaitan dengan aspek sosial-budaya. Menurut Jenkins (2003), peran lingkungan sosial tidak bisa diabaikan begitu saja pengaruhnya dalam penemuan informasi melalui internet, ini terkait dengan konteks dan perbedaan wilayah dimana individu yang bertindak sebagai user berada. Apalagi, saat ini internet tidak lagi hanya dipandang sebagai sarana teknologi yang sekedar dipersepsi sebagai media kontemporer, namun lebih dari itu. Lebih lanjut menurut Healy (dalam Martzoukou, 2005), internet telah menjadi sebuah lingkungan informasi yang universal dan merupakan ekosistem dari sebuah subkultur. Dengan begitu, perilaku penemuan informasi melalui media internet pun dilakukan oleh individu dari berbagai kultur. Elemen sosial budaya dalam perilaku penemuan informasi melalui internet ini dapat terlihat dari hubungan sosial, partisipasi, komunikasi, dan identitas budaya. Dengan kata lain, kondisi ini disebut socially situated practiced (Lueg, 2000).

0 komentar: