Pages

Rekomendasi

Jumat, 19 Oktober 2012

Sumber dan Saluran Informasi dalam Perilaku Penemuan Informasi


Kebutuhan informasi merefleksikan adanya persyaratan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan tugas tertentu (Wersig dalam Bystrom & Jarvelin, 1995). Dengan kata lain, perilaku penemuan informasi terjadi karena adanya kebutuhan dalam diri individu. Kebutuhan terhadap informasi oleh individu timbul dari adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Penemuan informasi dan kebutuhan informasi tergantung pada tugas individu. Suatu tugas yang rumit umumnya memerlukan upaya yang lebih dalam penemuan informasi.
Informasi yang ingin ditemukan secara normal dapat diakses melalui berbagai sumber dan saluran informasi. Menurut Murtonen (dalam Bystrom, & Jarvelin, 1995), sumber informasi adalah pembawa informasi yang dipercaya dapat memberikan kepuasan dalam memenuhi kebutuhan informasi. Sumber informasi terbagi ke dalam tiga tipe yaitu dirinya sendiri, orang lain, dan sumber informasi yang bukan manusia (Brown dalam Bystrom, & Jarvelin, 1995). Sumber informasi interpersonal dapat berupa teman, ahli bidang tertentu atau orang lain. Sedangkan sumber informasi impersonal dapat berupa buku, jurnal, internet, televisi, radio dan sebagainya.
Saluran informasi adalah suatu media penghubung yang memberikan petunjuk pada seseorang untuk dapat mengakses sumber informasi (Murtonen dalam Bystrom, & Jarvelin, 1995). Saluran informasi dapat berupa teman, ahli, surat kabar, dan buku.
Ketersediaan sumber dan saluran informasi berkaitan dengan kondisi sosial yang ada. Kondisi sosial tersebut akan menentukan perilaku informasi yang dilakukan oleh seseorang. Kondisi sosial yang kurang informasi dikenal dengan istilah information poverty (Chatman dalam Burnett & Jaeger, 2008). Kondisi ini menggambarkan keadaan dimana suatu tempat sangat kurang sekali dengan keberadaan suatu sumber informasi dan hanya terdapat informasi yang out of date sehingga berdampak pada aktivitas orang-orang yang tinggal di tempat tersebut. Mereka jarang mengakses informasi, dan informasi dianggap sebagai suatu hal yang tidak berguna.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Childers (dalam Donald, 2008) yang menyatakan bahwa orang-orang yang berada dalam lingkungan information poverty tidak mengetahui saluran informasi formal yang bisa digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Mereka sebagian besar hanya melihat televisi dalam waktu yang lama dan tidak banyak membaca koran, majalah atau buku. Sebagian besar mereka tidak sadar bahwa permasalahan mereka sebenarnya adalah kebutuhan informasi. Mereka jarang mengakses informasi secara aktif, melainkan hanya tergantung pada saluran non-formal yang tersedia di sekitar komunitas sosial mereka.
Lebih lanjut, Hargittai dan Hinnant (2006) juga mengungkapkan bahwa ketersediaan jaringan pendukung sosial (social support network) menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi perilaku penemuan informasi guna memenuhi informasi mereka. Dalam studi perilaku informasi manusia (human information behaviour), temuan yang menunjukkan bahwa manusia mengandalkan manusia lainnya sebagai sumber informasi merupakan suatu hal yang umum. Selain itu, dalam proses adopsi inovasi, peran jejaring sosial juga sanggat penting (Hargittai & Hinnant, 2006). Dalam upaya menerapkan produk atau praktik-praktik baru untuk memecahkan tugas tertentu, orang akan mengandalkan sumber terpercaya yang ada dalam jaringan sosial mereka.
Berkaitan dengan ini, kualitas sumber daya sosial yang tersedia dalam sebuah jejaring sosial sangat menentukan keberhasilan individu anggotanya dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Jika sebuah jejaring tidak mampu memberikan sumber daya sosial yang tepat, maka seseorang akan mencari orang lain di luar jejaringnya meskipun ikatan hubungan di antara mereka relatif lemah (weak-ties relationship). Dalam studi yang dilakukan oleh Johnson (2004), terhadap masyarakat Ulan Bator, Mongolia diperoleh temuan bahwa seseorang akan mencari orang lain di luar jejaringnya untuk memperoleh informasi baru.

0 komentar: